Jakarta - Situasi krisis ekonomi di Lebanon makin parah hingga menghasilkan negara ini disebut bagai 'neraka' oleh warganya sendiri. Hiperinflasi dan kelangkaan aneka macam kebutuhan pokok menghasilkan suasana di Lebanon makin tak tertahankan bagi warganya.
Seperti dilansir Associated Press, Jumat (9/7/2021), sekitar 6 juta warga Lebanon tengah menghadapi realita gres di mana keseharian mereka diwarnai kelangkaan dan kelemahan aneka macam materi pokok tergolong obat-obatan, materi bakar dan sparepart untuk mobil. Lebanon dikenali sungguh bergantung pada impor.
Pandemi virus Corona (COVID-19) makin mempersulit situasi, dengan rumah-rumah sakit di Lebanon yang dulunya menjadi salah satu yang terbaik di kawasan, mesti ikut berjuang. Krisis ekonomi dan finansial dikenali menghasilkan pemikiran listrik cuma bertahan selama beberapa jam setiap harinya, menyebabkan kelangkaan materi bakar diesel yang diinginkan untuk generator dan menyebabkan kurangnya peralatan medis serta obat-obatan.
Lebanon Minta Bantuan Dunia
Perdana Menteri (PM) sementara Lebanon, Hassan Diab, memperingatkan bahwa negaranya bergerak menuju 'ledakan sosial'. Dia pun meminta pertolongan dari komunitas internasional untuk menyelamatkan Lebanon.
Seperti dilansir Al Jazeera, Jumat (9/7/2021), Bank Dunia sudah menyebut krisis yang melanda Lebanon selaku salah satu frustasi terburuk dalam sejarah modern. Mata duit negara ini sudah kehilangan lebih dari 90 persen nilainya dan lebih dari separuh populasi terjerumus ke dalam kemiskinan.
"Lebanon cuma beberapa hari dari ledakan sosial. Lebanon sedang menghadapi nasib kelam ini sendirian," tutur Diab dalam pidatonya dikala menghadapi konferensi dengan para Duta Besar dan perwakilan misi diplomatik aneka macam negara di Beirut.
Dalam pidatonya, Diab mendorong negara-negara kawan dekat untuk mengulurkan pertolongan walaupun tidak ada pemerintahan gres di Lebanon. Dia menyatakan bahwa mengaitkan pertolongan dengan reformasi tata cara yang sungguh korup sudah menjadi menjadi 'ancaman bagi kehidupan warga Lebanon' dan stabilitas negara.
"Saya memohon lewat Anda terhadap para Raja, Pangeran, Presiden dan para pemimpin negara-negara sahabat, dan saya menyerukan terhadap Perserikatan Bangsa-bangsa dan seluruh forum internasional, komunitas internasional dan opini publik global untuk menolong menyelamatkan warga Lebanon dari maut dan menangkal maut Lebanon," cetusnya di hadapan para diplomat asing.
Bensin Langka hingga Listrik Mati
Terputusnya pasokan listrik memiliki dampak pada koneksi internet di aneka macam kota, toko roti terancam tutup alasannya yakni kelemahan materi bakar. Padahal roti menjadi salah satu makanan pokok bagi warga Lebanon.
Sekitar 6 juta penduduk Lebanon kini menghabiskan beberapa jam antrean panjang di pom bensin untuk berbelanja materi bakar. Mereka berjuang dengan pemadaman listrik hingga 22 jam sehari dan kelemahan medis yang parah.
Dilansir dari Associated Press, suasana politik di Lebanon yang diwarnai perang sipil antara kelas-kelas politik sudah berakumulasi pada penumpukan utang dan tidak dapat berbuat banyak untuk mendorong industri lokal, sehingga memaksa negara ini nyaris seluruhnya bergantung pada impor.
Simak Video: Parahnya Krisis Ekonomi di Lebanon, Warga Berebut Bensin di SPBU
Apotek di Seluruh Lebanon Mogok Jualan
Asosiasi Pemilik Apotek memberi tahu mogok kerja di seluruh Lebanon.
Mogok kerja akan berjalan hingga Kementerian Kesehatan mengeluarkan peraturan untuk obat-obatan, dan mengklasifikasikannya sesuai janji dengan Bank Sentral Lebanon tentang identifikasi obat-obatan bersubsidi dan obat-obatan yang tidak didukung. Demikian dilansir Roya News, Jumat (9/7/2021).
Majelis menyampaikan dalam suatu pernyataan bahwa mogok terjadi sehabis Banque du Liban mengeluarkan keputusan final wacana menghambat bantuan untuk obat-obatan kanker, dan obat-obatan untuk penyakit yang tidak sanggup disembuhkan serta kronis untuk rentang waktu terbatas.
Pernyataan itu menyertakan bahwa importir nyaris sepenuhnya berhenti mengantarkan obat ke apotek Lebanon, sehabis serangan berulang dan masalah perampokan di forum farmasi, di samping penyebaran obat artifisial dan selundupan yang belum pernah terjadi sebelumnya di rumah, gudang, media sosial, dan tempat ibadah.
Pembalut Tembus Rp 300 Ribu
Wanita di Lebanon kesusahan untuk berbelanja pembalut. Dilansir dari Global Times, Jumat (9/7/2021), harga pembalut di Lebanon yang sebagian besar impor mengalami peningkatan hingga 500% sejak dimulainya krisis ekonomi yang disebut Bank Dunia selaku salah satu yang terburuk di dunia sejak tahun 1850-an.
Pada 2019, satu paket pembalut dibanderol 3.000-4.000 pound Lebanon atau sekitar Rp 28.860 hingga Rp 38.480 (kurs Rp 9,62). Kini, harga pembalut yang serupa sudah meraih 13.000 pound atau sekitar Rp 125.000, bahkan dilaporkan ada yang dibanderol 32.000 pound (Rp 307.000).
Dengan melonjaknya harga pembalut di Lebanon, perempuan berjulukan Sherine tidak dapat lagi berbelanja pembalut. Makara setiap bulan ia terpaksa menjadikannya sendiri dari popok bayi atau kain lap.
"Dengan semua peningkatan harga dan rasa frustrasi alasannya yakni tidak dapat mengatur, saya lebih baik berhenti menstruasi sama sekali," kata perempuan berusia 28 tahun itu sambil air mata mengalir di pipinya.
Qatar Akan Kirim 70 Ton Makanan Tiap Bulan
Pemerintah Qatar akan menyodorkan pertolongan pangan untuk Angkatan Bersenjata Lebanon. Seperti dilansir Reuters, Jumat (9/6/2021), Komandan Militer Lebanon, Jenderal Joseph Aoun, menyerukan terhadap kekuatan dunia dalam konferensi di Prancis bulan kemudian untuk menolong serdadu Lebanon, yang upahnya merosot drastis.
Laporan kantor informasi Qatar, QNA, menyebut bahwa pertolongan pangan dari Qatar untuk Lebanon itu diumumkan pada Selasa (6/7) waktu setempat dikala Menteri Luar Negeri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani mendatangi Beirut.
QNA tidak menyodorkan informasi secara rincian soal tawaran pertolongan pangan itu. Hanya disebutkan bahwa otoritas Qatar akan mengantarkan 70 ton pasokan makanan setiap bulannya terhadap serdadu Lebanon.
Israel Tawarkan Bantuan
Pemerintah Israel memamerkan pertolongan kemanusiaan untuk Lebanon. Tawaran pertolongan ini disampaikan Israel walaupun negara ini pernah berperang dengan golongan Hizbullah yang berbasis dan kokoh di Lebanon.
Seperti dilansir The Times of Israel, Jumat (9/7/2021), kantor Menteri Pertahanan (Menhan) Israel, Benny Gantz, dalam pernyataan pada Selasa (6/7) waktu setempat mengungkapkan bahwa Israel sudah secara resmi mengajukan anjuran pertolongan kemanusiaan untuk Lebanon, yang ialah negara tetangganya.
Dengan mengutip apa yang disebut selaku upaya Hizbullah menenteng dana Iran ke Lebanon, kantor Menhan Israel menyatakan bahwa Unit Penghubung Angkatan Bersenjata Israel (IDF) menyodorkan tawaran pertolongan itu lewat UNIFIL, pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Lebanon.
"Menyoroti suasana ekonomi menyeramkan di Lebanon, dan memikirkan upaya-upaya Hizbullah untuk memperdalam investasi Iran di negara tersebut, saya sudah mengontak UNIFIL via pejabat penghubung IDF dan membahas anjuran untuk mentransfer pertolongan kemanusiaan ke Lebanon," demikian pernyataan kantor Menhan Israel menyerupai dikutip TRT World.
Israel dan Lebanon dikenali tak punya hubungan diplomatik secara resmi. Militer Israel dan Hizbullah yang disokong Iran bahkan pernah terlibat perang tahun 2006 lalu. Hizbullah yang menyangkal eksistensi Israel ini dikenali memiliki dampak atas pengambilan keputusan di Lebanon.