DomaiNesia

Selasa, 03 Agustus 2021

Presiden Haiti Dibunuh, Kekacauan Bakal Terjadi?

Presiden Haiti Dibunuh, Kekacauan Bakal Terjadi?
Jovenel Mose tewas sesudah golongan penyerang menyerbu rumahnya di Port-au-Prince. (EPA)

Jakarta - Sekelompok orang bersenjata lengkap menyerbu kediaman Presiden Haiti, Jovenel Mose, yang berada di tempat perbukitan ibu kota Port-au-Prince, Rabu (07/07) dini hari.

Mose yang berusia 53 tahun ditembak beberapa kali. Dia meninggal dalam peristiwa tersebut.

Terdapat 12 luka tembak di tubuhnya, menurut informasi yang diutarakan Hakim Agung Carl Henry Destin.

Kantor dan kamar tidur Mose digeledah orang-orang bersenjata itu.

Dia belakangan didapatkan terbaring dalam posisi telentang dan berlumuran darah, kata sang hakim terhadap surat kabar Le Nouveliste.

Ibu Negara, Martine Mose (47 tahun), juga terluka dalam serangan itu.

Dia diterbangkan ke Florida, Amerika Serikat. Kondisinya dikabarkan kritis tetapi stabil.

Baca juga:

Tiga anak pasangan itu, Jomarlie, Jovenel Jr dan Joverlein, dilaporkan berada dalam "lokasi yang aman".

Namun peristiwa brutal pada dini hari itu tidak selsai di situ. Beberapa jam kemudian, baku tembak mematikan antara polisi dan orang-orang bersenjata itu pecah di Port-au-Prince.

Kepala Kepolisian Haiti, Leon Charles, menyebut empat tersangka tewas sementara dua yang lain ditahan.

Kepolisian masih mengejar para pelaku lain.

"Mereka akan dibunuh atau ditangkap," kata Charles.

Siapa dalang pembunuhan Presiden Haiti?

View of the home of assassinated president Jovenel Mose

Belum dikenali niscaya bagaimana para penyerang bisa masuk ke tempat tinggal Mose. (EPA)

Pelaksana Tugas Perdana Menteri Haiti, Claude Joseph, menyebut orang-orang bersenjata itu serdadu bayaran.

Menurut Joseph, mereka yakni orang abnormal yang mengatakan dalam bahasa Inggris dan Spanyol. Bahasa resmi Haiti yakni Kreol dan Prancis.

Namun Menteri Komunikasi Haiti mengonfirmasi bahwa ada orang Haiti di antara para pelaku.

Sebuah video yang dirilis sesudah peristiwa itu mengatakan orang-orang bersenjata lengkap berpakaian hitam di luar rumah Presiden Haiti.

Mereka terdengar berteriak dalam bahasa Inggris, "Operasi DEA (Badan Narkotika Amerika Serikat). Semua orang tiarap!"

Merujuk informasi kepolisian, orang-orang yang membunuh Jovenel Mose itu berisikan 28 warga negara asing.

Kepala kepolisian Haiti menyebut 26 orang dari mereka berkewarganegaraan Kolombia dan dua sisanya berpaspor AS keturunan Haiti.

Delapan di antara mereka masih buron. Sisanya, tergolong dua yang berpaspor AS sudah ditangkap.

"Mereka yakni pasukan yang disediakan dan dipersenjatai dengan baik, dengan lebih dari enam kendaraan beroda empat dan banyak peralatan," kata Menteri Urusan Pemilihan Umum Haiti, Mathias Pierre.

Pemerintah Kolombia kemudian menyatakan, setidaknya enam orang dalam pasukan itu yakni pensiunan angkatan bersenjata mereka. Kolombia kini menolong upaya pemeriksaan Haiti.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri AS tidak sanggup mengkonfirmasi apakah ada warga mereka yang ditahan dalam peristiwa ini.

Kepolisian masih mencari dalang pembunuhan yang juga mengakibatkan kerusuhan di negara termiskin di Benua Amerika tersebut.

Car riddled with bullet impacts, the windows are smashed.

Empat pelaku ditembak mati berjam-jam sesudah serangan di kediaman Presiden Haiti. (AFP)

Duta Besar Haiti untuk AS, Bocchit Edmond, berkata, walau para pelaku mengaku selaku pemberantas narkoba pemerintah AS, mereka "tidak mungkin" sungguh-sungguh biro pemerintahnya.

"Mereka yakni serdadu bayaran, mereka dibayar untuk pekerjaan ini, untuk membunuh presiden. Kami berharap yang sudah ditangkap akan mengungkap untuk siapa mereka bekerja," ujar Edmond terhadap susukan televisi NTN24.

Kepala Kepolisian Haiti, Leon Charles menggambarkan adegan dramatis di saat anak buahnya menghadapi para pelaku.

"Kami menghentikan dan menutup jalan mereka di saat mereka meninggalkan tempat kejadian. Setelahn itu, kami bertarung dengan mereka," ujarnya.

Para pelaku disebut sempat menyandera tiga polisi, yang pada jadinya sanggup dilepaskan.

Jalan Jovenel Mose menuju kekuasaan

Archive image of Mose speaking during an event

Karier Jovenel Mose beralih dari bisnis ke politik. (Getty Images)

Jalur politik Jovenel Mose tidak berlainan dengan karier para pemimpin di tempat Amerika lainnya.

Mose mengawali kariernya selaku pebisnis berhasil di negara berpenduduk 11 juta orang ini.

Pada 2017 atau bertahun-tahun sesudah menekuni ke politik, ia menjadi presiden.

Pada Oktober 2019, penyeleksian anggota DPR Haiti semestinya berjalan diperdebatkan sebelum jadinya ditunda.

Konsekuensinya, masa jabatan Mose diperpanjang. Sejak di saat itu ia sudah memimpin Haiti dengan dasar dekrit selama lebih dari setahun.

Selama empat tahun menjabat, Mose memiliki enam perdana menteri. Sehari sebelum dibunuh, ia menunjuk orang ketujuh untuk duduk di jabatan itu, yakni Ariel Henry.

Namun Henry belum sempat dilantik, jadi perdana menteri sebelumnya, yakni Claude Joseph, menanggung kekuasaan pemerintahan Haiti sejak Mose tewas.

Ketidakpastian kini melingkupi tentang siapa yang kini semestinya memerintah negara itu.

Kejutan, rumor, dan banyak pertanyaan tentang masa depan Haiti

Haiti protester on the street

Ketegangan politik dan demonstrasi mewarnai masa kepemimpinan Mose. (Getty Images)

Claude Joseph menyebut Haiti dikejutkan oleh pembunuhan itu. Tapi tekanan politik sudah meningkat sebelum Mose tewas.

Masa kepemimpinan Mose ditandai dengan ketidakstabilan politik yang meningkat, tuduhan korupsi, tudingan bahwa ia tak bisa mengelola Haiti.

Sejumlah demonstrasi yang menuntut pengunduran dirinya sudah terjadi sebelumnya.

"Ini sungguh-sungguh salah satu peristiwa paling menawan dalam sejarah Haiti," kata guru besar di University of Virginia, Robert Fatton, yang lahir di Haiti.

Fatton menganggap pembunuhan Mose yakni salah satu peristiwa paling menakutkan yang pernah terjadi di negara yang digoncang kemiskinan, peristiwa alam, wabah penyakit, kediktatoran, dan konspirasi politik.

"Bahkan untuk negara yang tidak stabil seumpama Haiti, pembunuhan seperti ini yakni peristiwa yang tidak biasa dan mengkhawatirkan," ungkapnya terhadap BBC.

"Ketika Anda menganalisisnya dari sudut pandang politik, tidak mudah membayangkan siapa yang melakukannya, atau mengapa peristiwa itu terjadi," ucapnya.

Armed forces at one of the border crossings between Haiti and Dominican Republic

Perbatasan antara Haiti dan Republik Dominika ditutup sesudah pembunuhan Mose. (AFP)

Fatton menulis buku berjudul Haiti's Predatory Republic: The Unending Transition to Democracy yang terbit pada tahun 2002.

Menurutnya, peristiwa ini dan konsekuensi setelahnya bukan cuma sanggup berpengaruh parah pada Haiti, tetapi juga negara lain.

"Pembunuhan Presiden Mose menempatkan Haiti di ambang pintu kekacauan," ujarnya.

"Seperti yang terjadi di masa lalu, ketidakstabilan politik dan sosial seumpama itu sanggup berpengaruh pada seluruh kawasan.

"Di masa lalu, sesudah perebutan kekuasaan atau peristiwa alam, konsekuensi yang mengikutinya melebihi duduk kasus seumpama gelombang migrasi. Diperlukan pemerintah lain di tempat itu, atau bahkan PBB, untuk campur tangan," katanya.

Mungkin terlalu dini untuk memprediksi apa yang mau terjadi selanjutnya, kata Fatton, tetapi ia percaya masa depan Haiti akan suram.

Sebelum pandemi Covid-19 melanda, Haiti menghadapi gejolak sosial dan ekonomi. Ketidakstabilan politik kini mungkin mendorong Haiti ke tepi jurang.

Pemerintah menetapkan 'keadaan darurat' selama dua minggu. Tujuannya untuk mengejar para pelaku pembunuhan Mose dan mengatur potensi kerusuhan sosial.

Keadaan darurat ini melarang aneka macam konferensi dan memungkinkan militer menjalankan kiprah kepolisian.

Bandara Port au Prince ditutup sejak 8 Juli kemarin. Warga Haiti diminta untuk tetap di rumah.

Perdana Menteri Claude Joseph berkata, "Semua langkah-langkah sudah diambil untuk menentukan kesinambungan pemerintahan, demokrasi dan republik akan menang."

Namun pertanyaan tetap mengemuka tentang seberapa besar kendali yang dapat ia kendalikan di negara yang diguncang pembunuhan brutal terhadap orang yang paling berkuasa.

Simak video 'Tampang 17 Pembunuh Presiden Haiti, 2 di Antaranya Warga AS':

[Gambas:Video 20detik]



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

6 Fakta Ngeri Lebanon Didera Krisis Ekonomi Bagai Neraka

Krisis Ekonomi di Lebanon (Foto: Pool) Jakarta - Situasi krisis ekonomi di Lebanon kian parah hingga menghasilkan negara ini disebut baga...